Terbaru

Friday, August 28, 2020

Friday, August 28, 2020

Pendahuluan Teknik Penggerindaan Datar


1. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, dengan melalui mengamati, menanya, pengumpulan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, peserta didik dapat:
a. Mengikat benda kerja pada mesin gerinda datar sesuai SOP

b. Menggerinda rata siku dan sejajar pada mesin gerinda datar sesuai SOP

c. Menggerinda miring pada mesin gerinda datar sesuai SOP

d. Menggerinda alur pada mesin gerinda datar sesuai SOP

e. Menggerinda profil pada mesin gerinda datar sesuai SOP

f.  Menerapkan K3L pada proses penggerindaan datar sesuai SOP



2. Uraian Materi

Sebelum  mempelajari  materi  proses  penggerindaan  pada  mesin  gerinda datar, lakukan kegiatan sebagai berikut:


Pengamatan:

Silahkan anda mengamati kegiatan proses penggerindaan pada mesin gerinda datar (Gambar 3.1) atau objek lain sejenis disekitar anda. Pada saat melakukan proses penggerindaan seperti yang anda lihat, tentunya untuk dapat melakukan sesuai ketentuan yang berlaku perlu menguasai berbagai macam teknik peggerindaan. Sebutkan beberapa teknik penggerindaan dengan mesin gerinda datar dan jelaskan bagaimana prosesnya.




Gambar 3.1. Bebagai proses penggerindaan dengan mesin gerinda datar



Menanya:

Apabila anda mengalami kesulitan dalam menjawab tugas diatas, bertanyalah/ berdiskusi/ berkomentar kepada sasama teman atau guru yang sedang membimbing anda.


Mengekplorasi:

Kumpulkan  data  secara  individu  atau  kelompok,  terkait  tugas  tersebut melalui: benda konkrit, dokumen, buku sumber, atau hasil eksperimen.


Mengasosiasi:

Setelah  anda  memilki  data  dan  menemukan  jawabannya,  selanjutnya jelaskan bagaimana cara menerapkan pada proses penggerindaan dengan mesin gerinda datar.


Mengkomunikasikan:
Presentasikan hasil pengumpulan data-data anda, terkait parameter pemotongan pada mesin gerinda datar, dan selanjutnya buat laporannya

Wednesday, August 26, 2020

Wednesday, August 26, 2020

Parameter Pemesinan Frais

Cutting Speed and Feed in Milling Operation
Cutting speed dalam proses pengefraisan adalah kemampuan pisau frais memotong benda kerja dengan kecepatan yang dihitung dari perkalian panjang keliling dari diameter pisau frais dengan jumlah putaran dalam satu menit.

Faktor yang mempengaruhi Cutting Speed :
1.    Kekerasan (hardness)
Keras                               Lunak
CS lambat                        CS Cepat

2.    Keuletan (ductility)
Ulet                                  Getas
CS lambat                        CS Cepat

3.    Tegangan tarik (tensile strength)
Teg. Tarik Tinggi             Teg. Tarik rendah
CS lambat                        CS Cepat


Untuk menentukan cutting speed tidak bisa hanya berdasarkan salah satu faktor saja dan tidak ada rumusan yang pasti dalam menentukan cutting speed karena setiap material mempunyai karakteristik yang berbeda. Dalam penentuan cutting speed kebanyakan dilakukan secara empiris saja. Factor yang paling mendekati dalam penentuan cutting speed paling mudah dilihat dari tegangan tarik suatu material atau dengan melihat dua atau seluruh factor diatas. Misalnya material yang lunak, ulet dan teg. tarik tinggi mempunyai cutting speed yang lebih tinggi dari pada material yang lebih keras tetapi getas dan tegangan tariknya rendah.
Berikut adalah tabel cutting speed dari beberapa jenis material untuk alat potong HSS

Perhitungan
Dari cutting speed maka putaran mesin dapat diperoleh dari :





Ket :
n = putaran spindle                          (putaran/menit)
D = Diameter pisau frais                   (milimeter)
CS = Cutting Speed                          (meter/menit)

Catatan :
Untuk pisau frais dari carbide Cutting Speed = 2 x CS Cutter HSS
Untuk Twist Drill, NC drill dsb Cutting Speed = 0.5 x CS Cutter HSS
Untuk Countersink, Reamer dsb Cutting Speed = 0.25 x CS Cutter HSS
Untuk Boring head disesuaikan dengan material alat potong.
Feeding dalam proses pengefraisan adalah jarak penyayatan dalam satu menit yang 
di hitung dari besarnya sayatan pergigi (sz atau fz) dikalikan dengan jumlah mata potong dan dikalikan putaran pisau frais dalam satu menit.

Dirumuskan :
Ket :
s = feeding                            (mm/menit)
sz = sayatan per gigi             (mm/gigi)
z = jumlah gigi
n = putaran pisau frais          (putaran/menit)

Tabel sayatan pergigi dalam milimeter
Note : Harga tersebut diatas adalah maksimum 

Contoh Soal.
Diketahui material dari bahan Stainless Steel 304 akan dipotong dengan pisau frais jari (end mill) HSS dengan diameter 20 mm dan jumlah gigi potong (mata potong) = 4 buah. berapakah putaran mesin dan feeding yang seharusnya dipakai?

Diketahui :
CS = 18 m/menit (diambil dari tabel kecepatan potong untuk material stainless steel 304)
sz  = 0,05 mm/gigi (diambil dari tabel sayatan per gigi)
D  = 20 mm
Jawab:

n = 1000 . CS /  Ï€ . D

n = 1000 . 18 / π . 20

n = 286,4 rpm

jadi putaran mesin yang didapatkan adalah 286,4 rpm, karena pada mesin terdapat 250 dan 300 rpm yang dipakai adalah 250 rpm (diambil pendekatan kebawah). 

s = sz . z . n

s = 0,05 . 4 . 286,7
s = 57,29 mm/menit

jadi kecepatan penyayatan (feeding) adalah 57,29 mm/menit, artinya dalam satu menit pisau frais bergerak sepanjang 57,29 mm pada benda kerja. pada mesin terdapat 56 dan 63 mm/menit maka yang dipakai adalah 56 mm/menit


sUMBER : LINK

Friday, August 14, 2020

Friday, August 14, 2020

PENGERASAN PERMUKAAN : Carburizing, Flame hardening ,Pengerasan dengan Induksi dan Nitriding


PENGERASAN PERMUKAAN
Seringkali komponen-komponen baja diinginkan hanya keras pada permukaannya saja sedangkan inti atau porosnya tetap lunak, hal ini memberikan kombinasi yang serasi antara permukaan yang tahan pakai dan poros yang ulet.
a.    Tujuan Proses Pengerasan Permukaan: Menghasilkan lapisan permukaan yang keras pada baja yang dianggap lunak dan ulet.
b.    Umumnya pengerasan permukaan dibagi menjadi tiga proses:
1)    Carburizing/penambahan karbon.
Proses karburizing didasarkan atas kemampuan baja untuk menyerap karbon pada temperatur antara 900—950°C. Carburizing adalah salah satu metoda yang digunakan untuk menghasilkan permukaan keras pada baja yang berkadar karbon rendah (<0,3%).
Dengan proses ini didapat lapisan baja dengan kadar karbon 0,3-1%, dengan tebal antara 0,1-2,5mm tergantung lamanya pemanasan.
Gambar 6. Grafik hubungan lama pemanasan dengan tebal pengerasan
 
Gambar 7. Proses Carburizing
Proses Carburizing: Baja yang akan diproses dimasukkan kedalam peti yang berisi arang kayu atau batu bara dan barium karbonat. Setelah suhu dan waktu pemanasan tercapai (tergantung ketebalan dan kekerasan yang diinginkan), dapur kemudian dimatikan, setelah mencapai suhu kira-kira 350°C, kotak kemudian dikeluarkan dan selanjutnya didinginkan di udara.
  
2)    Flame hardening.
Flame hardening atau pengerasan dengan nyala api adalah pengerasan yang dilakukan dengan memanaskan benda kerja pada nyala api. Nyala api tersebut dapat menggunakan Elpiji + Udara atau Acetylin + O2. Prinsip kerja dari flame hardening adalah permukaan benda kerja dipanaskan hingga suhu austenit, dengan cara menyalakan api oxy-acetylene dan diquenching dengan air. Cara ini sangat efektif untuk baja dengan kandungan karbon cukup tinggi (0,3% - 0,6 % C).
Gambar 8. Proses Flame Hardening
Pada proses ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
a)    Zona yang dipanaskan harus bersih dan bebas dari kerak.
b)    Keseimbangan campuran gas oksigen dengan asetilen untuk mendapatkan nyala netral dan stabil.
c)    Laju atau kecepatan pemanasan diusahakan tetap atau stabil
d)    Sebaiknya dilanjutkan dengan proses temper, untuk mengurangi kegetasan
3)    Pengerasan dengan Induksi
Pada pengerasan induksi tidak mengalami perubahan komposisi kimia di permukaannya, zona yang dikeraskan permukaannya dipanaskan hingga temperatur austenisasi lalu didinginkan dengan cepat sehingga membentuk struktur martensit. Baja yang dikeraskan harus mempunyai sifat mampukeras (hardenability) yang baik seperti baja dengan kandungan karbon sekitar 0,3 sampai 0,6 %.
Pemanasan pada proses pengerasan induksi diperoleh dari arus bolak-balik berfrekuensi tinggi berasal dari konverter oscilator yang selanjutnya didinginkan dengan cepat (seperti terlihat pada gambar 9.1). Arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi (10.000 sampai 50.000 Hz) ini mengakibatkan timbulnya arus Eddy dalam lapisan permukaan logam yang kemudian berubah menjadi panas. Sedangkan kedalaman pemanasan tergantung kepada daya dan frekuensi arus listrik.
Macam penggunaan frekuensi:
- 3000 Hz untuk kedalaman 3 – 6 mm.
- 9600 Hz untuk kedalaman 2 – 3 mm.
Segera setelah permukaan komponen mencapai suhu yang diperlukan untuk pendinginan, arus dimatikan dan selanjutnya permukaan serentak disemprot air melalui lubang pada blok induksi. 
Gambar 9. Proses Pengerasan dengan Induksi
4)    Nitriding/penambataan nitrogen.
Baja yang dinitriding adalah baja paduan rendah yang mengandung chromium dan molibdenium dan kadang-kadang disertai kandungan nikel dan vanadium. Beberapa baja nitriding mengandung kira-kira 1% aluminium. Baja tersebut dipanaskan pada 500°C. selama 40 hingga 90 jam dalam kotak gas yang diisi sirkulasi gas amonia. Permukaan baja akan menjadi sangat keras karena terbentuknya nitrida, sedangkan inti bahan tetap tidak terpengaruh.
 
Gambar 10. Proses Nitriding

Sumber : Link